Cerita Sex Ngentot Budheku Yang Bahenol

Video Rate:
1 / 5 ( 1votes )
5105 views

Subtitlecinema Cerita Sex Ngentot Budheku, Saat ini usiaku telah 17 tahun, sebentar lagi aku sudah ruang belajar 1 SMA. Aku sama laksana kalian yaitu peminat wanita separuh baya. Kali ini aku akan mengisahkan kisahku dengan budhe Titiek. Cerita Sex Ngentot Memek Budheku

Sudah jadi jejaka muda koe ya kata budhe Titiek yang tidak jarang kali mengagumi kegantenganku. Memang wajahku adalahkombinasi manis antara gen ibuku yang berasal dari keraton Jogja, dan bapakku yang keturunan kraton Solo.

Cerita Lendir Memek Brewok Budhe Titiek dan Mbak Darmi – Usia budhe Titiek 50 tahun. Budhe Titiek ialah pensiunan PNS. Suaminya meninggal sebab sakit. Sedangkan kedua anaknya telah berkeluarga dan pindah terbit negeri namun tanpa kabar sampai kini. Tubuh budhe Titiek seperti banyak sekali ibu-ibu lainnya. Tubuh montok, pantat besar, perut telah berlemak, dan teteknya memang telah turun namun besar menggoda. Sebagai pria penggemar wanita separuh baya tentu akan menyukainya.

“Le koe harus ngerti, bahwa bapakmu yo adikku tersebut perlu pendamping untuk dapat mengasuh koe dengan baik, sebab apa? koe sebentar lagi telah tumbuh jembut he he he.” kata budhe Titiek seraya menoel janggutku.

“Ketika laki-laki kemencur kaya kamu tersebut le, yang sudah terbit jembutnya, sangat perlu kasih sayang, tidak lumayan oleh bapakmu tok, namun juga perlu kasih sayang seorang ibu, meskipun tersebut ibu sambung”. Aku yang waktu tersebut sedang bermanja-manja dengan budhe Titiek seraya tidur-tiduran dipangkuannya hanya membisu. Jujur saja aku tidak begitu mendengar ucapan-ucapan budhe Titiek, aku sungguh-sungguh sedang terayun dengan tubuh budhe yang membuatku terangsang.

Cerita Sex Ngentot Budheku, Budhe Titiek yang waktu tersebut memakai daster longgar yang tidak menggunakan lengan membuatku paling terpesona. Kulitnya yang kuning paling kontras dengan bulu ketiaknya yang tumbuh lebat yang tersembul diam-diam, jujur saja aku baru menyaksikan secara jelas sosok budhe Titiek. Sejak kecil, budhe Titieklah yang menjadi tumpuanku guna bermanja-manja. Baru kali ini aku terpukau dan bergairah.

Mungkin ini yang disebut puber ya, bukankah budheku sendiri menuliskan aku telah jadi jejaka yang sedang tumbuh bulu jembutku. Aku sungguh-sungguh terbuai menyaksikan bulu ketek budhe Titiek yang lebat, dan wewangian tubuhnya di siang yang terik itu sungguh-sungguh membuat semua pori-pori tubuhnya menerbitkan bau yang khas, bau seorang perempuan dewasa. Dengan malu-malu aku menghirup bau itu, dan budhe Titiek tersenyum memandangiku.

“ono opo kowe kok cungar-cungir, opo budhe mambu kecut yo” katanya seraya mencubit hidungku.

” budhe seksi banget” kataku spontan.

“wah ponakanku iku wes gedhe tenan, lha iku sing ngisor wes obah-obah ” katanya seraya nguyel-uyel burungku yang pelan-pelan mengembang. Aku jadi malu dan berjuang bangkit, tetapi pada ketika yang bersamaan budhe membungkuk akibatnya wajahku langsung bertemu dengan daging lunak yang paling lumer, ternyata budheku tidak gunakan kemben. Ahhhh, dengan segenap rasa aku menikmati itu. Pelan-pelan otot burungku semakin mengeras, dan cilakanya budheku justeru dengan erat menenggelamkan dadanya yang besar lumer tersebut ke mukaku.

“ohhh le… budhe pengin nyusuni kowe maneh ki…” katanya seraya terkikik.

Aku jadi malu, namun jujur saja aku begitu merasakan lumer dadanya budhe Titiek. Apalagi saat dengan sengaja budhe Titiek memasukkan semua mukaku ke belahan dasternya, aku sungguh-sungguh merasakan hangatnya bukit kembar itu. Dengan gemes budhe mengusap-usapkan semua bukit dadanya kemukaku, “le budhe pengin nyusune kowe…” katanya merintih.

Dengan naluriah mulutku kudekatkan pada dada itu, dengan terpejam aku menggali puting hitam yang besar itu.

“Oh le, hisap terus pentile budhe” ceraunya saat mulutku dengan alamiah menghisap dan menjilati puting dadanya yang sebesar ibu jari tangan itu. Budhe semakin mengurangi wajahku, desisnya semakin membuatku energik untuk menghisap berakhir putingnya.

“le enaaaaak, terussssss” katanya seraya terus mendekapiku. keringatnya yang mulai membanjir semakin menguarkan bau tubuh perempuan dewasa, aku sungguh-sungguh terbius dan tak sempat diri.

Budhe semakin mendesah, saat mulutku pulang mengenyot dengan buas penthil item besar itu.

“ahhh le, enak….bangetttt” rintihnya. Aku tak sempat diri, bahwa yang sedang kukenyot habis ialah penthilnya budheku. Aku hendak menumpahkan rinduku pada sosok ibu. Dengan wajah memerah budhe unik wajahku, dan dengan buas budhe menciumi wajahku. hidungnya mengeser-geser pipiku, terasa meremang seluruh bulu-bulu halus diwajahku. Bibirnya yang penuh, menghirup dengan buas bibirku. Aku yang baru kesatu kali menikmati hangatnya bibir perempuan dewasa terasa terbang diawang-awang, halus lumer dan hangat mencipok-cipok.

“le keluarkan lidahmu” desis budhe memintaku untuk menerbitkan lidahku, dengan naluriah kupanjangkan lidahku, dan pulang aku menikmati sensasi yang paling luar biasa. Lidahku dihisap dan diusap oleh lidah budhe. Seluruh tubuhku luruh yang terasa nikmat luar biasa. Pelan tapi tentu aku mengekor irama yang dikembangkan budhe. Sedot…hisap dan jilat kesudahannya aku kuasai dengan baik.”….hmmmm pinter kowe le….ahhhhhh enak le” desisnya lagi. Budhe lantas menengadahkan lehernya, dengan naluri yang sama aku mencari lehernya yang jenjang dengan kecupan-kecupan lembut, kadang dengan erangan budhe memintaku guna menggigit dan menghisap lehernya yang putih kekuningan itu, kuciumi bau khas yang memabukkan tersebut lagi.

Budheku juga tak kalah ganas, gantian wajahku dan leherku yang diciumi dengan hisapan-hisapan kecil yang melenakanku. ohhhh nikmatnya. Telingaku juga tidak luput dari jilatan-jilatan lidahnya, geli banget. Akupun melenguh kuat. Disaat aku tergiur nikmat dari sentuhan-sentuhan panas bibir budhe, pulang aku mendapat kejutan yang menciptakan lututku goyah. Budhe Titiek tiba-tiba jongkok, dengan buas budhe menurunkan celana komborku, dan burungku yang baru berambut jagung teracung melengkung keatas.

“oh le, kontolmu telah tegang banget yo, naik turun terus tu”, kata budhe kepadaku seraya menggoser-goser pipinya yang hangat ke cendawanku, tangannya dengan lembut mengelus seluruh otot-otot batang mudaku. Nikmat banget. Belum hilang rasa nikmat itu, berganti dengan jepitan hangat yang menyelusuri otot-otot kakuku itu.

Cerita Sex Ngentot Budheku, Ternyata budhe dengan ganas memasukkan semua batang burungku ke mulutnya yang penuh. Lalu dengan pelan-pelan menghisap dan mempermainkan lidahnya disekujur kepala burungku.

“ohhhhhhh budheeeee, enakkkkk bangettttt……” aku hanya dapat merintih seraya meremasi semua rambut budhe yang panjang mengurai itu.

“enak yo le…..” jawabnya seraya mempermainkan burungku naik turun. Slrup…. Slrup, melulu suara tersebut yang terdengar saat budhe menghisap dan mengulum otot kejantananku itu.

“aduuuuhhhhh budhe….enakkkkk budhekkkk” mataku terbeliak dan menyempit, mengiringi rasa nikmat, lenu dan gelinak…geli enak yang melanda semua sari-sari nadiku. Aku merasa naik ke atap kesenangan yang makin tinggi. Aku hanya dapat merintih, mengerang dan mencecap-cecap setiap kesenangan yang hadir dari goseran lidah dan kuluman nikmat dari bibir sarat budheku. Budheku menatap dengan senyum nakallll,….”enak yo le….nek dikenokno” katanya menggoda, lantas mulutnya melepas dan mencucup-cucup segenap batang kejantananku, dan akhinya turun di bola pelerku.

Kembali aku hanya dapat ngruguhhhh merasakan sapuan lidah budhe disemua otot kejantanankuyang baru hilang kulupnya 6 bulan lalu. Belum hilang rasa enak itu, pulang budhe membuatku terlololong nikmat, saat lidahnya yang runcing menyapu segenap wilayah tahitiku, aku menjijit, melengkungkan tubuhku seraya mendesissssss nikmat ” aduuuuhhhhh belekkkkkkkkk, geli bangettt ngettt ngettttttt” seraya mengesol-gesolkan segenap organ tubuhku merasakan sledutan nikmat…mat dari gocekan lidah budheku.

Melihat gelinjang kegelianku, budhe tambah motivasi lidahnya yang tajam mempersona tersebut memainkan lubang kencingku. Aku hanya dapat meremas rambutnya dengan ketat menyaksikan aksi lidah budhe itu. Terasa aliran kencingku berdesir naik, menciptakan kepala burungku semakin memerah dan berkedut-kedut nikmat. Seperti gunung merapi yang inginkan memuntahkan lahar panas. Budheku paham, dengan sigap tangannya memencet ulir dibelakang topi bajaku. Memitesnya dengan cepat, terasa terdapat yang berjingkat dan pelan-pelan jaliran nikmat yang makin naik ke atas pelan-pelan turun luruh. “ahhhhhh budhekkkkkkkkkkk…..oh, enaknya. seruku menyaksikan aksinya itu.

Kemudian budhe membimbingku duduk di kursi panjang. Dengan gaya gemulainya budhe mengundangku dengan jentikan jari telunjukknya yang runcing memanjang itu. ketiaknya yang tidak banyak terbuka memamerkan bulu-bulu hitam yang lebat mengurai. Pelan aku mendekatinya, dengan berani aku mengusung lengan itu, kubenamku semua mukaku di bulu-bulu hitam yang melebat basah. aku luruh dalam bau yang memabokkan hasrat berahiku. kuciumi dengan hangat. budhe terkikik-kikik kegelian.

“….Ahhhhh le geliiiiii, opo ora jijik to kowe ngambungi kelekku iku” katanya seraya mengelus-elus rambut keritingku. Aku melulu mendesah, dan semakin mengendus-endus bau yang membuatku terangsang itu. Setelah puas dengan bau itu, secara naluriah aku pulang menekuni bukit dada yang kenyal dengan puting hitam sebesar jempol itu. budhe menghindar, dan dengan kelitan yang memicu budhe lantas berdiri, dan membuka dasternya yang telah madul-madul itu. Aku melulu ngowohhhhh menonton tubuh mulusnya yang berdiri utuh dengan segenap ketelanjangannya.

Lengannya membuka sarat memamerkan bulu-bulu menghitam disekujur ketiaknya, sedangkan dua bukit kembarnya bergoyang-goyang dengan dekorasi puting merona hitam. Perutnya yang menggemuk, turun dihiasi segitiga hitam lebat mengakang. Budhe ternyata tidak menggunakan kancut. rambut jembutnya lebat sekali, paling kontras dengan kulitnya yang putih temu giring. Sekali lagi aku melulu melongo, dan membuatku susah menelan air ludah, berjegut-jegut nanar menatap utuhnya tubuh wanita dewasa yang matang itu.

Cerita Sex Ngentot Budheku

Pelan budhe membuka lebar kedua kakinya, dan dengan gemulai memamerkan drainase lahar merah mudanya yang dikelilingi hutan belukar yang lebat itu. Dengan gemulai pula budhe menyibakkan gawuknya, dan memainkan itilnya yang menonjol keluar. Dengan bahasa isyarat budhe memintaku mendekat, laksana seorang guru budhe membimbingku..

“le iki sing jenenge gawuk…” seraya memamerkan gawukknya yang merah muda itu..

“lha sing iki jenenge itil le”..desisnya seraya menjentil-jentil itilnya sehingga kian menonjol keluar. Kemudian budhe memintaku guna menciumi gawuk utuh itu. laksana kerbau dicocok hidung, akupun melai mendekatkan hidungku.

Cerita Sex Ngentot Budheku, Terasa segar baunya, lantas dengan lidahku aku menuruti budheku guruku tersebut dalam mempermainkan burungku tadi. Pelan kumainkan lidahku disekujur garis membasah itu, tersiar budhe merintih berkeredut meningkatkan basah garis terbaring itu. Aku kian semangat menjilati aliran lahar asin itu, lagipula ketika kulihat dibalik rimbunnya jembut hitam itu, budhe pun ngowoh mulutnya mendesis, sedangkan matanya terbeliak putih.

Ternyata budhe menikmati saat lidahku yang kasap tersebut melumat berakhir daging kecil menonjol itu. kusapu mati-matian semua barang basah itu, budhe tergerinjal-gerinjal mulutnya menyemburkan ucapan-ucapan saru, “waduhhhhhhh le enak tenan ohhhhhhhh terus le” seraya tangannya menekan-nekan kepalaku menuntun untuk mengejar titik-titik nikmat diseluruh penjuru gawuknya itu. Dengan pekikkan yang paling keras budhe menekankan semua mukaku, saat dengan berani kuhisap berakhir itil itu.

“……Aduhhhhhhhh le aku metu….mettuuuuu metttuuuuuu tuuuuuuuuuuu” serunya, terasa berkejut-kejut dan memenuhi mulutku segenap cairan kesenangan dari lubang enak itu. setelah tersebut pelan-pelan gawukknya yang tadi munjuk mengisi mulutku menggelosoh, kakinya yang mengapit leherkupun demikian. Terlihat budhe terpejam. keningnya sarat dengan embun keringat, nafasnya yang mengejar pelan-pelan berangsur normal lagi. “pinter tenan le kowe” desisnya seraya memandangiku sayu. Aku lantas bangkit, dan memeluknya erat. Budhe juga kembali menciumi wajahku.

Pelan-pelan tangannya menggapai burungku yang masih tegak berdiri kokoh. Kemudian membimbingnya, dan memasukkankannya ke lubang nikmat itu. Aku sempat ragu dan bingung mesti bagaimana. Namun dengan naluriah aku pelan-pelan memasukkan kepala jamur tersebut ke sela-sela gawuk budhe. Terasa geli luar biasa saat burungku menginjak guwa garbanya. Hangat mencengkeram. Apalagi sesudah budhe mengurangi pantatku ke bawah. Terasa hangantnya teraso,”….hmmmmmm terus le, tekaaaann ke bawah kontolmu. desisnya.” aduhhhhhhh kontolmu enak banget le, mentok” desisinya lagi saat burungku masuk lebih dalam lagi.

Kakinya yang panjang tersebut kemudian melingkari pinggulku. Dengan naluriah pula aku mendongkrak dan menurunkan tusukan kelubang injit-injit semut itu. “ohhhhh budhe, kok enak bangeeettttt” kataku seraya menghujamkan burungku yang disambut dengan hisapan dalam oleh budhe di gawuknya. Aku laksana tengelam dalam lubang yang dapat bernafas, kadang menghisap kadang memeras bahkan kadang menjepit. Sementara mulut budhe tiada henti menciumi wajahku, melumuri pipiku dengan jilatan lidah yang menghisap, mencucup dan melumuri mukaku dengan air ludahnya. Aku hanya dapat mengerang-mengerang merasakan rasa nikmat yang merambat dari ujung kaki hingga ujung rambut.

Kenikmatan tersebut semakin terjal saat budhe dengan sengaja memutar-mutarkan pinggulnya mengimbangi tusukan-tusukan ngawur dari kontolku. ” ohhhhh terus le, enakkkkk sing rosa le” desisnya, aku menurutinya, kutahan jelajah nikmat yang mulai mendekati ujung kepala burung itu. Aku hendak menikmati rasa nikmat yang mengigiti ujung burung itu. Dengan hentakan yang powerful aku menghujamkan semua batangku itu, budhe tampak membelalak dan pulang melolong nikmat “aduhhhhhhhhhhh le aku metuuuuu tuuuuu tuuuuuuuuuuu”teriaknya terasa mendesir-desir basah melingkupi kepala kontolku. Aku dipeluk paling kuat, dan kakinya yang jenjang mengunci pinggulku.

Sementara pinggul budhe dengan ritmis bergerak gerak dalam geseran nikmat yang menjumbul-jumbul. Ohhhhhhh terasa terdapat yang hendak meletup di dasar lubang itu. Keringat budhe tumpah setumpah bareng dengan keringatku yang mengairi seluruh tubuhnya pula. Keringat wanita dewasa yang memapaki puncak kenimatannya, menguarkan bau yang menciptakan nafsuku makin membumbung. Pelan gerakan ritmis tersebut mereda, dan dengan ciuman sayang, budhe memintaku untuk menarik keluar burung kokoh yang masih belum terluka itu. “wesss le ditarik keluar disik yo” serunya seraya menciumi segenap mukaku kembali. Dengan ogah-ogahan aku menarik keluar burung itu, terdapat yang ngganjel sebab aku pun sudah mulai menikmati rasa nikmat yang menjujul-jujul ujung kepala burungku, namun sebab budhe memintaku guna mencabut, maka dengan darurat aku menarik keluar burung itu.

Kemudian budhe mengelap sekujur gawuknya yang porak-poranda tersebut dengan kain dasternya. Setelah dirasa beceknya ilang, budhe lantas memintaku berbaring. Dengan rakus pulang budhe mengoplos semua batang kemaluanku dengan hisapan dan jilatan kembali. Aku kembali menikmati sapuan-sapuan nikmat yang menggambir-gambir burungku tersebut ” aduhhhhhhh budhe, enak-enakkkkkkkkkkkkk” seruku merasakan aksi liar mulut budheku dalam mempermainkan segenap pori-pori otot kejantananku itu.

Cerita Sex Ngentot Budheku, Setelah dirasa lumayan pelan-pelan budhe mengangkangiku. Dengan tangannya yang utuh budhe kemudiam memasukkan pulang burungku tersebut menerobos hutan lebatnya yang pulang membasah. Pelan terasa pijatan yang lembut dari gua garbanya. “ohhhhhh aduhhhhhh le menthok” seru budhe saat ujung kepalaku menyentuh lubangnya yang sangat dalam itu. Kemudian sesudah berkeredut sebentar, budhe lantas menaikkan dan menurunkan pantatnya yang bohai tersebut memijat dan mengurut otot kejantanku. Aku pulang disuguhi pemandangan yang mengasyikkan, kedua susu tersebut bergerak ritmis mengikuti buaian pantat bohai itu. Pentilnya yang hitam pulang merayuku guna menyentuhnya.

Melihat mulutku yang mendesis nikmat, namun mataku yang melotot memandangi ombak didadanya itu, budhe tambah kemayu dan mendekatkan pentil besar tersebut persis di mukaku, sentuhan pentil tersebut membuat saraf mulutku semakin nikmat, aku lantas mengangakan mulutku. tetapi sebelum pentil tersebut terhisap mulutku budhe mengalihkan pentil tersebut ke ujung hidungku. Mulutku malah tersapu oleh bulu lebat dari ketek budheku, aku jadi merem melek. Budhe tersedak, dan tergigik menyaksikan aku yang pulang mendusel-dusel ketiak lebatnya dengan gemas aku kemudiam menghirup dan menyedot seluruh wewangian ketiak itu.

“aduhhhhhh le keriiiiiiiii banget” serunya gemas seraya memutar-mutarkan pinggulnya memijat semua batang kenikmatanku itu. Terasa mentok dan memunculkan senasai padat di ujung-ujung syaraf kegelianku. Aku mendengok dan merangkul dengan ketat tubuh budheku. Menghujamkan semua otot kejantananku dengan sekuat-kuatnya, sedangkan budhe yang menyaksikan usahaku justru berjuang mengimbangi dengan sedutan-sedutan serta tarikan dari arah yang berlawanan.

“Enak yo le…kelekke budhe…huhuuuuuuhhuuuuu” gerengnya seraya memutar-mutar pingulnya. Sementara putingnya yang keras dan kenyal tersebut menyapu-nyapu semua dada basahku. Budhe menggelinjang nikmat saat tanganku menjawab iseng menerobos lubang tahitinya. “aduhhhhhhhhh le tok apakno, tilisanku ituuuuuuuu” geramnya.

” enak-e pollllll…aduhhhhhhhhhh…aduhhhhhhhhhhhhhhh, terus le terus” teriaknya. Aku yang menyaksikan budhe begitu bergeloranya jadi lebih bersemangat, sedangkan ototku menghajar gua garbanya, tanganku menghajar tahitinya. Sementara mulutku dengan ganas berpindah mengkenyot polll putingnya yang keras sampai ke langit-langit mulutku. Melihat olahku yang demikian, budhe hanya dapat mendesis dan semakin memperhebat gerakan pinggulnya, semakin cepat…cepat dan kesudahannya irama ritmis tersebut aku nikmati lagi, budhe mengelinjang-gelinjang dan full power menghentakkan pinggulnya. “aduhhhhh le, budhe metu maneh”……pinter kowe le aduhhhhhhhh enak tenanannnnnnnnnnnnn” terasa desir banjir mengisi lobang nikmat itu, melumuri segenap batang kejantanku membuatnya licin.

Budhe terguguk merasakan sisa-sisa nikmat seraya memelukiku dengan hangat, sedangkan aku dengan lahap melumuri lehernya yang basah oleh keringat kesenangan itu, terasa asin tapi laksana tonikum untukku. Setelah nikmat reda, budhe kembali mendongkrak dan menurunkan pinggulnya kembali, aku kembali merasakan urut-urutan nikmat. gerakan pinggul budhe pulang menapaki batang kejatananku, pelan semakin cepat, semakin memutar dan menghentak. Sementara budhe kembali memperbaiki rambutnya yang bosah baseh itu. Aku pulang terpana merasakan tubuh yang berkilap sebab keringat, dan pun ketiak yang kusut lebat itu.

Puting dan dada tersebut kembali memperlihatkan goyangan ombak membuncah kadang bergerak dengan gelinjang yang kuat. Kadang dengan irama yang lembut membuncah. Aku yang sekitar ini pasif saja merasakan usapan dan urutan lembut menarik-narik nikmat mulai ujung kepala hingga batang kelakianku. Dan lebih merasakan pemandangan estetis yang membuncah didepanku. Serta mendengar erangan dan deruman birahi dari mulut budheku serta bunyi rinmis dari beradunya antara tulang pubisku dengan pantat bohai dari budheku mulai panas.

Dan dengan hentakan yang powerful aku langsung mendekap budheku, budhe tanggap dan ganti memelukku dengan ketat.

Aku pulang mendapat sensasi dari peralihan posisi itu. kami bersetubuh dalam posisi duduk, keringat kami menyatu saling melengkapi.

Cerita Sex Ngentot Budheku, Terasa paling kuat jepitan lubang nikmat itu, mengurut….memerah, melintir-lintir, berdegut-degut menebarkan seribu sensasi rasa yang tak pernah terbayangkan sekitar 16 tahun hidupku itu. kami saling bertukar peran, kadang menghujam kadang unik kadang mengurut disertai irama erangan dari mulut budhe yang makin berat…”ohhhhhhgrhhhhh le huenanankkk tennnnnnh” yang kadang berganti “….pinter tenan leeeeee aduuuuuuuuuh, kok eunannnnnnnk banget kontolmu” disertai dengan pagutan-pagutan dan jepitan mulut budhe disekujur leherku. Mendapat nikmat itu, lama-lama magma powerful yang mulai merambat dari ujung tahitiku naik…naikkkk dan kesudahannya dengan hentakan kuatttt aku hanya dapat melenguh keras.

” Aduhhhhhhhh budhe kulo metu, pengin nguyohhhhhhhhhhhhhh” dengan ketat budhe menggoyangkan pantatku, memutar dan menghisap dengan sedotan dan gerudutan di dalam gawuknya itu….

“iyooooo le terus aduhhhhh semprotan pejuhhhhhhhmu enakkkkkkkkk banget leeeeeeeeeeeeee” yang disusul dengan gerakan ritmis dari pinggul budhe lagi, dengan ritme yang sama dan dengan erangan yang disertai dengan gigitan powerful dileherku. Akupun menerbitkan segenap magma keperjakaanku dileher rahim budhe dengan sarat rasa dan nikmat yang baru aku alami seumur-umurku. Aku lantas jatuh terlentang di sofa biru itu, budhe tetap memelukku, dan mencium berakhir seluruh wajahku. Dengan nafas satu-satu budhe membisikiku.

“ohhhhhh le kowe saiki wes joko tenan, dudu joko kemencurrrrrr, budhe seneng bangettttttttt” serunya seraya terpejam didadaku yang kerempeng yang sarat dengan noda-noda merah gigitan budheku dan pun basah dengan keringat nikmat kami.

Cerita Seks, Cerita Sex, Cerita Bokep, Cerita Sex Dewasa, Cerita Sex Sedarah, Cerita Panas, Cerita Seks Dewasa, Cerita Sex Terbaru, Cerita Sex Bergambar, Cerita Sex Tante, Kumpulan Cerita Sex, Cerita Dewasa Hot, Cerita Dewasa Sex, Cerita Sex Hot, Kumpulan Cerita Dewasa, Cerita Sex Selingkuh, Cerita Dewasa Bergambar, Cerita Seks Sedarah, Cerita Dewasa Sedarah, Cerita Bercinta, Cerita Seks Terbaru, Kisah Sex,

Category: Cerita Sex Tags: , , , , , , , , ,
VIP579 SLOT258 SLOT161 FASTBET99 STARBET99 HOKIBET99 NEXIABET