Cerita Seks – Aku adalah seorang pegawai di sebuah bank swasta nasional dengan posisi yang lumayan tinggi untuk pria seumuranku.
Umurku sendiri baru 30 th, tapi aku sudah menduduki posisi sebagai manager marketing, namaku Arbi.
Dengan posisi itu aku mendapat tekanan dalam pekerjaan membuatku terkadang stres.. namun untuk melampiaskan itu semua aku selalu pergi keluar kota menenangkan pikiran bersama dengan istriku. Cerita Dewasa
Namun entah mengapa.. beberapa minggu ini istriku kelihatan mudah sekali marah.. sehingga ketika aku menginginkan pelepasan beban melalui seks seringkali malah gagal.
Hal ini membuat konsentrasiku dalam pekerjaan sedikit terganggu.
Memang.. bagi kita para lelaki.. pelepasan seks selalu jalan pertama yang kita tempuh dalam mengurangi beban pikiran.. bila tak tersalurkan maka akan mengganggu semangat dan pikiran kita.
Dan hal itulah yang aku alami beberapa minggu belakangan.
Apalagi bulan-bulan ini adalah bulan menjelang hari raya lebaran yang mana di mana semua bisnis.. baik itu besar maupun kecil meraup keuntungan sebesar-besarnya.
Sedangkan di tempatku berada keadaannya terbalik.. sehingga tekanan yang aku terima semakin berat dan membuatku terkadang harus melepaskan semua beban itu dengan melakukan onani di kamar mandi.. karena istriku sendiri kelihatannya sedang bermasalah di tempat kerjanya.
Namun semua itu berakhir ketika hari itu.. hari Kamis.
Di mana aku pulang ke rumah seperti biasa menjelang pukul 7 malam.
Aku sampai di rumah.. setelah memarkirkan mobilku.. aku berjalan masuk dan bertemu dengan istriku yang juga baru pulang dari kerja.
Kami berciuman di pipi sebentar lalu aku masuk ke dalam kamar untuk berganti pakaian.
Lalu akupun mandi untuk menyegarkan diri dari segala kepenatan yang melingkupiku.
Selesai aku mandi.. di luar terdengar suara orang tertawa.. dan setelah aku keluar kulihat teman wanita adik istriku datang berkunjung.
Gadis itu bernama Fenny.. tinggal hanya beberapa rumah dari rumahku.
“Malam mas..?” sapa Fenny padaku.
“Malam Fenny, pa kabar..?” aku balik bertanya.
“Baiiiik banget mas. Emang gimana mas keadaan kantor..? Kok kayaknya tegang banget gitu ya..?”
Tanya Fenny padaku.. karena melihatku kusut.. meskipun telah selesai membersihkan diri.
“Gitu dech, namanya kantor pasti teganglah..” Jawabku singkat.
Tak sengaja, aku mengamati Fenny yang masih menggunakan pakaian kerjanya.
Ia tampak begitu cantik.. apalagi Fenny merupakan sekretaris direksi di salahsatu perusahan IT terkenal di Ibu kota.
Namun semua itu aku kesampingkan. Aku mendekati istriku yang kala itu sedang ganti pakaian setelah selesai mandi.
Kupeluk dia dari belakang.. dan mulai menciumi lehernya yang merupakan salahsatu titik lemahnya.. namun bukan gairah yang kudapatkan.. malah dampratan yang membuatku marah.
Ia mendorongku dan mengatakan bahwa ia sedang tidak mood untuk melayaniku..
Gondok juga aku. Maka akupun pergi dan duduk di halaman rumah sambil merokok untuk menghilangkan emosi yang membara di dalam hati.
Aku duduk menyendiri sambil menikmati bir yang aku bawa dari dalam sambil merokok.
Menatap ke langit yang gelap.. mencoba membayangkan bagaimanakah kehidupanku di masa yang akan datang.
Aku yang pada dasarnya adalah lelaki yang setia.. tak sanggup berpikir bila harus berpisah dengan istriku dan hidup menyendiri. Sungguh sebuah bayangan yang selalu kutepis.
Namun bayangan akan hal itu semakin mendekati kenyataan.. semua itu didukung dengan kondisi istriku yang sedang naik daun dan pendapatan yang lebih besar daripadaku.. atau mungkin ia telah mendapatkan teman pria yang lain.
Pikiran-pikiran itulah yang selalu menghantuiku selama ini.
Karena terlalu sibuk dengan pikiranku sendiri.. hingga tak menyadari kehadiran Fenny yang duduk di depanku.
Aku terkejut ketika Fenny memanggilku dengan cukup keras.
“Mas..!”
“Eh, ya.. sori ga denger..!?” kataku terkejut.
“Ih.. Mas Arbi, melamun terus tuh..?” kata Fenny lagi.
“Iya, sory ya. Emang ada apa Fen..?” tanyaku lagi padanya.
“Ga papa mas.. keliatannya Mas Arbi pusing banget.. kusut gitu..?”
“Biasalah banyak masalah..!?” jawabku lempeng.
“Emang Fenny bisa bantu apaan..?” kata Fenny antusias.
Aku sempat terkejut mendengar pernyataan Fenny.. namun aku segera menjawabnya..
“Ga usah, kok ga langsung pulang kenapa Fen..?” tanyaku balik.
“Hehehehe.. di rumah ga ada orang.. Fenny takut sendirian.. pulangnya entar nunggu mama..” kata Fenny malu-malu.
Lucu juga mendengar alasan Fenny. Setelah itu aku mengambil minumanku dan meminumnya.. tapi ketika aku menoleh.. ternampaklah rok span Fenny tersingkap.. memperlihatkan kehalusan batang pahanya yang putih.. membuatku langsung terangsang.
Aku lantas kembali bersandar.. menyalakan kembali rokokku.. pura-puranya mencoba menghilangkan semua gairah yang muncul tiba-tiba.
Dua-tiga isapan rokok kunikmati.. terdengar istriku dan adiknya keluar dari dalam rumah berpamitan padaku untuk keluar sebentar ke mall.. belanja kebutuhan bulanan.
Aku mengangguk.. sementara adik iparku berbicara pada Fenny.. memintanya menunggu kalo mau.. kalo tidak, ikut aja.
Sepertinya Fenny lebih memilih untuk tidak ikut. Ia menjawab nunggu aja.
Selesai itu istriku dan adiknya pergi meninggalkan rumah.
Aku berkata pada Fenny.. kalo membutuhkanku aku berada di dalam.
Lalu aku pergi meninggalkan Fenny yang masih duduk di luar sambil bermain dengan HPnya.
Aku masuk ke dalam, memang.. tapi aku bersembunyi di ruang tamu dekat gorden.. untuk mengintip lebih dekat Fenny yang memang membelakangi gorden.. sehingga akan tampak lebih jelas.
Apalagi ketika Fenny melepas blasernya.. blouse kerjanya yang memiliki renda pada daerah kancing dengan warna yang tidak terlalu terang.. tapi justru jadinya memperlihatkan keindahan tubuh mungil Fenny.
Aku tak tahan lagi.. maka akupun segera pergi meninggalkan ruang tamu dan menuju kamarku.
Penisku sudah begitu tegangnya dan butuh pelepasan..
Namun, tak lama kemudian terdengar suara panggian Fenny padaku..
“Mas.. Mas Arbi.. mas..?”
“Apa Fenny..?” tanyaku sambil membuka pintu kamarku.
“Mas, Fenny numpang minum ya..?”
“Ya..?” jawabku singkat.
Menatap nanar tubuh Fenny yang indah, apalagi saat itu ia tak memakai lagi blasernya, dengan blouse yang tipis.. sehingga menampakkan tubuh indah.
Bra warna biru yang tercetak jelas membuatku semakin tak dapat menahan gairahku sendiri.. Ya.. mungkin tadi tak begitu terlihat karena tertutup blasernya.. namun sekarang semua itu begitu indah dan terlalu menggoda.
Selesai minum Fenny kembali menuju ke ruang makan.. di mana aku sudah menantinya.
Kami bertemu.. Fenny tersenyum manis padaku.
Aku berdiri di hadapannya.. Fenny lantas berjalan kembali di sampingku.
Deg.. deg.. Ada kebimbangan di dalam hatiku mengenai semua ini.. antara gairah dan akal sehat.
Namun ternyata gairahkulah pemenangnya..
Maka dengan cepat tangan Fenny kucekal.. dan responnya terlihat terkejut.
Aku berbalik dan segera menarik Fenny ke dalam dekapanku.
Fenny tak melawan.. hanya menatap penuh rasa keterkejutan.
Aku peluk Fenny dan mencium bibirnya lembut namun penuh gairah.
Fenny tak melawan.. hanya pasrah.. hingga pada akhirnya ia ikut terbawa oleh gairahnya sendiri dan membalas lumatanku.
Tanganku tak berhenti begitu saja.. kuraba punggungnya.. turun ke bawah lalu meremas kuat bongkahan pantat yang bulat dan penuh milik Fenny.. semakin membuatku kian terangsang.
Tak ayal.. penisku yang telah sangat tegang menempel keras pada perut Fenny.. denyutan kencang penisku terasa begitu kuat di perut Fenny.. mungkin itu pula yang membuat Fenny jadi ikutan bergairah.
Tanganku bergerak semakin liar… menuju ke bagian depan tubuh Fenny.
Membuka kancing blousenya satu per satu hingga terbuka semua.. srett.. menyusup masuk ke dalamnya.. meremas lembut payudara Fenny yang berukuran kira-kira 34 cup B itu.
Setiap remasan yang aku lakukan Fenny mengerang di sela ciumanku.. dan itu membuatku semakin bergairah.
Tanpa kusadari tangan Fenny ternyata bergerak menuju selangkanganku.. membuka celanaku.. untuk selanjutnya meremas lembut penisku yang sudah sangat tegang.
Beberapa saat kemudian, aku teringat.. bahwa yang kulakukan sekarang ini menyalahi aturan..
Degh.. Seketika itu juga aku melepaskan ciumanku.. juga remasanku pada bungkah payudara sekal Fenny.
Aku melangkah mundur sambil menatap penuh rasa bersalah pada Fenny yang kini telah ikut terangsang oleh karenaku.
Kulihatwajahnya memerah.. diiringi nafasnya yang memburu menandakan gairah yang memuncak.
“Maaf.. maafin.. aku Fen.. maaf..” kataku gugup.
“Maafin Mas Arbi, Fen.. maaf..” kataku semakin kacau.
Namun tiba-tiba Fenny melangkah mendekatiku.. lantas menyentuh bibirku dengan jarinya dan berkata dengan lembut..
“Ga papa kok mas. Fenny tau kok..” kata Fenny mencoba menenangkanku.
“Emang Mas Arbi lagi pengen banget ya..?” tanya Fenny kembali.
“*****papa. Maafin mas ya Fen..!?” kataku lagi.